SEMINAR

Pengertian Seminar
Seminar adalah sebuah pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah dibawah suatu pimipinan guru besar atau sang ahli dari suatu masalah tersebut. Seminar merupakan kegiatan yang melibatkan adnya sumber informasi dan penerima informasi. Adapun yang terlibat dalam seminar itu adalah
  1. Panitia Penyelenggara
  2. Pemandu Acara (Moderator)
  3. Pemakala
  4. Pembanding
  5. Penambat (Notulen)
  6. Pengamat

Tujuan Seminar
Tujuan diadakannya seminar yaitu menyampaikan suatu pendapat atau sesuatu yang baru kepada pendengarnya, dengan harapan penerima informasi memperoleh sesuatu yang baru untuk dikembang tumbuhkan menjadi sesuatu yang lebih luas lagi kepada yang lainnya.

Pelaksanaan Seminar
Pelaksanaan seminar merupakan rangkaian kegiatan dimulai dari hari, tanggal, waktu dan tempat diadakannya seminar serta harus ada kesiapan dari semua yang terlibat dalam seminar tersebut.

Anggaran Seminar
Anggaran seminar yaitu sejumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai seminar tersebut. Diatur oleh Panitia Penyelenggara yaitu mulai dari :
  • Ø Akomodasi
  • Ø Protokoler
  • Ø Publikasi
  • Ø Dokumentasi
  • Ø Konsumsi
  • Ø Administrasi
  • Ø Transportasi
Panitia yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam seminar.


Tujuan Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah bertujuan untuk menjelaskan atau menyelidiki peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dengan berdasarkan fakta-fakta sejarah yang berupa  tulisan, lisan dan benda.

contoh Seminar
Assalamua’laikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat illahi robbi yang telah memberi nikmat kepada kita sekalian. Sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan rutinitas sebagai mahasiswa.
sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi besar muhammad saw. Khususnya keluarganya, kerabatnya, hingga kepada umatnya sampai akhir zaman.
Hadirin yang saya hormati, dalam pidato ini saya akan menyampaikan sebuah tema yng berjudul ”Anak Bangsawan Yang Berjiwa Merdeka”.
R.A Kartini adalah putri Raden Mas A.A Sasroningrat, bupati Jepara. Meski seorang bangsawan kartini sama sekali tidak memperdulikan kebagsawanannya. Ia menganggap semua orang sederajat dan beersaudara. Tulisnya, ”bagi saya, hanya ada dua macam bangsawan: bangsawan jiwa dan bangsawan budi. Dalam piKiran saya tidak ada yang lebih gila dan lebih bodoh daripada melihat orang-orang yang membanggakan apa yang disesbut ’keturunan bangsawan’.”
Hadirin yang berbahagia,
Usia kartini tidak panjang, hanya 25 tahun (21 April 1879-17 September 1904). Meskipun begitu, ia telah menggunakan hidupnya secara bermakna, memerdekakan bangsanya dari jiwa yang tidak memuliakan HAM; menumbuhkan bangsawan jiwa dan bangsawan budi. Todung Mulya Lubis dalam disertasinya menyebut  Kartini sebagai sosok yang ”mencerahkan masyarakat Indonesia” dan memiliki kontribusi sangat besar dalam membangkitkan wacana HAM; Begitulah, jati diri Kartini adalah pendekar HAM.
Sebagai pendekar HAM, senjata Kartini adalah pena. maka kata Kartini, ”Rampaslah harta benda saya, asal jangan pena saya.” Dengan senjata pena itulah ia menuliskan surat-surat kepada sahabatnya. Ia tuliskan gugatan, pemikiran dan tindakannya atas lingkungan sosial di sekitar yang tidak menghargai dan memuliakan HAM, terutama HAM kaum perempuan.

Sahabat pena Kartini bukan orang yang sembarangan. mereka adalah Mr. J.H. Abendanon dan Ny. R.M. Abendanon Mandri, seorang Kepala Kementrian Pengajaran dan Kerajinan Hindia Belanda; Nona Stella Zeehandelaar, seorang idealis dan feminis, putri seorang dokter di Belanda; Ir. Henry Hubert van Kol (seorang politikus) dan Ny.J.M.P van Kol (seorang penulis).
Hadirin yang budiman,
Bagiamana mungkin seorang Kartini yang tak tamat ELS (Europese Lagere School), yg dipingit di dalam rumah, mampu bersahabat dan berdiskusi dengan orang-orang hebat itu?
Jawabnya, karena kartini punya jiwa merdeka dan semangat baja. Betapa tidak, selepas umur 12 tahun, ia dipingit di dalam rumah. tidak boleh keluar rumah. tidak boleh sekolah. namun hal itu tidak membuat patah semangat. Ia justru sangat giat membaca dan belajar. Belajar sendiri di rumah. Pertama-tama belajar memperdalam bahasa Belanda. Karena ketika itu, bahasa Belanda adalah jendela untuk ‘melihat’ dunia. Dengan bekal penguasaan bahasa Belanda itulah berbagai koran, majalah dan buku-buku pencerah jiwa dilahapnya.
Hadirin yang diramati Allah SWT,
Ia sedemikian rajin dengan membaca dengan penuh perhatian. Surat kabar de locomotief asuhan Pieter Broshooft dan majalah wanita de hollandsche lilie adalah makanan sehari-harinya. Bahkan ia menukis juga untuk majalah itu.
Tidak hanya itu, selagi masih sangat muda, ia telah membaca buku-buku pengasah jiwa manusiawi, antara lain buku Max Havelaar karya Multatuli, De Stille Kraacht karya Louis Coperus, Buku-buku Witt, Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt, roman-feminis karya nyonya Goekoop de-Jong Van Beek.
Jadi, meski bukan orang seorang yang bersekolah tinggi, Kartini mampu secara cerdas mencerna kenyataan hidup yang dihadapinya. Ia sanggup mengungkapkan pengalaman dan pemikirannya dalam tulisan yang mendalam-menawan. Ia bisa mengarang buku yang berjudul ”Habis Gelap Terbitlah Terang”. Tulisan yang menginspirasi banyak orang di berbagai belahan dunia, dulu maupun sekarang, untuk menghidupkan budaya HAM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar